ABC

Perempuan Desa dengan Kanker Ovarium Lebih Sulit Bertahan Hidup

Penelitian baru menyebut, para perempuan di pedesaan yang menderita kanker ovarium lebih berpeluang untuk meninggal dunia ketimbang perempuan dengan penyakit serupa di perkotaan.

Studi yang diterbitkan dalam Jurnal Kedokteran Australia ini mengungkapkan, angka kematian perempuan di pedesaan lebih tinggi 20%.

Ilmuwan Susan Jordan dari Institute Penelitian Medis Queensland ‘QIMR Berghofer’, menuturkan sejumlah alasan di balik kondisi tersebut.

“Faktor yang paling sering terjadi adalah entah para perempuan desa itu baru terdiagnosa ketika stadiumnya sudah lanjut atau…akses mereka terhadap pengobatan tak sebaik para perempuan di perkotaan,” ujarnya.

susan jordan

Peneliti kanker ovarium, Dr. Susan Jordan, dari QIMR Berghofer. (Foto: QIMR Berghofer)

 

Dr. Susan mengatakan, hasil studi ini menguatkan argumen yang menyebut perlunya investasi lebih lanjut pada pengembangan uji coba pemindaian kanker ovarium, dan opsi pengobatan yang lebih baik.

“Kami harus terus meneliti dan memastikan bahwa 5 tahun ke depan tak aka nada perbedaan antara perempuan di kota dan di desa,” sebutnya.

Ia percaya bahwa pendidikan yang lebih baik juga penting, bagi para dokter maupun pasien di pedesaan, mengingat kanker ovarium cukup sulit terdiagnosa.

“Ini bukan kanker terumum di mana dokter bisa melihatnya dan ada beberapa kondisi yang lebih umum, yang menimbulkan gejala-gejala, jadi ini harus anda ketahui sendiri sebagai sebuah kemungkinan yang melekat pada perempuan berumur,” jelasnya.

Faktor-faktor penyebab kanker ovarium meliputi:

1. perempuan di atas 50 tahun kemungkinan berpeluang menderita kanker ovarium ketimbang mereka yang lebih muda

2. ada sejarah keluarga yang menderita kanker ovarium, kanker payudara atau beberapa kanker lain termasuk kanker usus dan kanker rahim.

3. terapi pengganti hormon jangka panjang

4. merokok

Sekitar 1500 perempuan Australia terdiagnosa kanker ovarium tiap tahunnya.