ABC

Australia Sambut Baik Keinginan Indonesia Atasi Sampah Plastik

Konsul Jenderal RI di Northern Territory (NT) Dicky Soerjanatamihardja menyatakan Pemerintah RI kini berupaya mengatasi sampah plastik di berbagai daerah yang kemungkinan jadi sumber sampah yang banyak ditemukan di pantai-pantai Australia.

Hal itu dikemukakan Konjen Dicky saat mengunjungi East Arnhem Land pekan lalu, terkait dengan kerjasama budaya antara warga aborijin suku Yolngu dan warga Indonesia asal Makassar. Hubungan dagang kedua masyarakat ini sudah berlangsung sejak tahun 1600-an, jauh sebelum pendatang Eropa.

Komitmen yang disampaikan Konjen Dicky tersebut disambut baik sejumlah pihak yang selama ini membantu mengatasi sampah plastik di kawasan pantai NT.

Kylie Tune dari LSM Cleaning Up Cape Arnhem misalnya menilai komitmen pejabat Indonesia atas permasalahan ini bisa dikatakan sebagai awal dari perubahan.

“Banyak orang mungkin marah pada Indonesia dan negara lain karena membuang sampah sembarangan. Namun mereka tak memiliki akses pembuangan sampah yang sama seperti kita miliki (di Australia),” katanya.

Saat berada di Nhulunbuy, Konjen Dicky mengangkat masalah sampah plastik yang terbawa arus ke pesisir pantai di kawasan East Arnhem Land, menyebabkan isu bagi para petugas pantai dan aktivis lingkungan.

Kunjungan Konsul Indonesia ke Arnhem Timur
Konjen Dicky Soerjanatamihardja (kiri) bersama pejabat Pemkot East Arnhem, Barry Bonthuys.

Supplied: Agung Prabowo

Awal tahun ini, kawasan pantai East Arnhem jadi sorotan karena adanya ribuan limbah plastik di tempat yang dulunya dikenal sebagai salah satu pantai yang belum banyak dijamah.

Peneltiti setempat memperkirakan volume sampah mencapai satu ton lebih setiap kilometer pantai, sebagian besar diperkirakan berasal dari Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara lainnya.

“Saya telah menyampaikan permasalahan ini ke pemerintah di Indonesia,” kata Konjen Dicky.

“Saya mengubungi sejumlah daerah terdekat ke Northern Territory, seperti Maluku,” katanya.

Dia menambahkan pihak Pemda terkait perlu lebih banyak memberikan pendidikan mengenai pengelolaan sampai yang tidak dapat terurai seperti plastik.

Konjen Dicky mengakui bahwa sejumlah pihak di Indonesia “sangat defensif” terkait dengan isu ini.

Namun dia mengatakan pemerintah provinsi yang dekat dengan NT menyadari sepenuhnya permasalahan ini. Mereka juga, katanya, menghadapi permasalahan serupa terkait sampah plastik yang diperkirakan datang dari Thailand atau wilayah lain di Indonesia.

Sampah di daerah terpencil Cape Arnhem
Sampah berserakan di pantai terpencil di Arnhem Land.

ABC News: Matt Garrick

Indonesia tercatat sebagai negara terbesar kedua penghasil limbah plastik di laut setelah China.

Para peneliti di Australia percaya kebanyakan sampah plastik yang tersapu ke wilayah terpencil di NT berasal dari ribuan kapal penangkap ikan yang beroperasi di Laut Arafura.

“Kita perlu lebih banyak mendidik anak-anak kita… untuk mulai mengelola limbah, terutama limbah yang tidak dapat terurai seperti plastik,” kata Konjen Dicky.

Kylie Tune menyatakan sependapat dengan hal itu. Menurut dia, tantangan terbesar persamalahan ini adalah bagaimana mendidik warga masyarakat.

Namun di sisi lain, katanya, pemerintah RI juga harus mencari cara untuk mengelola sampah dengan lebih baik.

“Ketika kita ke pantai, jelas sekali sampah-sampah di sini berasal dari kapal. Hal itu tak diragukan lagi. Namun banyak juga sampah rumahtangga,” katanya.

“Pendidikan sangat penting. Namun jika kita tak memiliki mekanisme untuk membuang sampah dari rumah, toko atau tempat usaha, tentunya kita akan bermasalah,” ujar Tune.

Konjen Dicky Soerjanatamihardja dalam kunjungannya itu mendengar aspirasi warga setempat mengenai upaya meningkatkan hubungan kedua pihak.

Informasi yang diperoleh ABC menyebutkan Konsul RI untuk NT kali ini tidak sempat menemui para petugas setempat yang selama ini menangani permasalahan sampah di sana. Namun diperkirakan akan kembali ke wilayah tersebut pada Februari atau Maret mendapang.

Simak berita selengkapnya di sini.